Selasa, 27 Desember 2011

BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA

BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA

A. PENGERTIAN
BPH adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi kapsul bedah. (R. Sjamsuhidayat dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, 1997)
Prostat Hiperplasia adalah pembesaran glandula dan jaringan seluler kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan endokrin berkenaan dengan proses penuaan.  Kelenjar prostat mengitari leher kandung kemih dan urethra, sehingga hipertropi prostat sering menghalangi pengosongan kandung kemih. (Susan Martin Tucker, 1998)


B. ETIOLOGI
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadiya hiperplasiprostat, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasi prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging.
Beberapa teori yang menjelaskan tejadinya hiperplasia pada kelenjar periurethral, yaitu :
 Teori Sel Stem (Isaac, 1984, 1987)
Berdasarkan teori ini pada keadaan normal kelenjaar periurethral dalam keseimbangan antara yang tumbuh dengan yang mati (steadystate). Sel baru biasanya tumbuh dari sel stem.  Oleh karena sesuatu sebab seperti faktor usia, gangguan keseimbangan hormonal atau faktor pencetus yang lain maka sel stem tersebut akan dapat berproliferasi lebih cepat sehingga terjadi hiperplasia kelenjar periurethral.
 Teori Rewakening dari jaaringan kembali seperti perkembangan seperti pada masa tingkat embrionik, sehingga jaringan periurethral dapat tumbuh lebih cepat dari jaringan sekitarnya.
 Teori yang mengatakan bahwa hiperplasia disebabkan oleh karena terjadinya usia akan terjadi perubahan keseimbangan testoteron dan estrogen.  Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan testoteron dan estrogen, karena produksi testoteeron menurun dan terjadi konversi testoteron menjadi estrogen pada jarinagn adiposa di perifer.  Perubahan konsentraasi relatif testoteron dan estrogen akan menyebabkan produksi dan potensiasi faktor pertumuhan lain yang dapat menyebabkan terjadinya pembesaran prostat.
C. GAMBARAN KLINIK
Keluhan pada saluran kemih bagian bawah :
-   Obstruksi :
i. Hesistensi (harus menunggu lama bila mau miksi)
ii. Pancaran miksi lemah
iii. Intermitten (Miksi terputus)
iv. Miksi tidak puas
-  Iritasi : frekuensi sering, nokturia, urgensi, disuria
-  Gejala di luar saluran kemih :
Keluhan pada penyakit hernia/hemoroid sering meikuti penyakit hipertropi prostat. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan penigkatan tekanan intra abdominal.
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang terisi penuh dan teraba massa kistus di daerah supra sympisis akibat retensi urine, kadang-kadang didapatkan urine yang selalu menetes tanpa disadari oleh pasien dan keadaan ini merupakan pertanda dari inkontinensia paradoksal (Basuki BP, 2000)

















D. PATHWAYS
Prostat hiperplasia

Penyempitan  lumen uretra prostatika

Menghambat aliran urine

Peningkatan tekanan intravesikal

Diteruskan ke seluruh buli-buli 
dan kedua ureter

Refluks vesika ureteer

Hidroureter, hidronefrosis

Gagal ginjal








(Basuki BP, 2000, Barbara C. Long, 1996, Susan Martin Tucker, 1998.)

E.  PENGOBATAN
Secara klinik derajat berat, dibagi menjaadi 4 graadasi, yaitu :
Derajat 1  :   Apabila ditemukan keluhan protatismus, pada DRE (colok dubur) ditemukan penonjolan prostat dan sisa urin kurang daari 50 ml.
Derajat 2 :  Ditemukan tanda dan gejala seperti pada derajat  1, prostat lebih menonjol, bataas ataas masih teraba dan sisa urin lebih dari 50 ml tetapi kurang dari 100 ml.
Derajat 3 :  Seperti derajat 2, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan sisa urine lebih dari 100 ml.
Derajat 4 :  Apabila sudah terjadi retensi total.

Pada derajat 1 belum memerlukan tindakan operatif, dapat diberikan pengobatan secara konservaatif , misal alfa bloker, prazozin, terazozin 1-5 mg per hari.
Pada derajat 2 sudah ada indikasi untuk inteervensi operatif dan sampai ssekarang masihh dianggap sebagai cara terpilih adlah trans urethral resection (TURP)
Pada derajaat 3 TURP masih dapat dilakukan akan tetapi bila diperkirakan reseksi tidak selesai dalam satu jam maka sebaiknya dilakukan operasi terbuka.

F.  NURSING CARE PLAN
I. Pengkajian 
a. Sirkulasi  : Peninggian tekanan darah (efek pembesaran ginjal)
b. Eliminasi  :  Penurunan kekuatan/dorongan aliran urine, tes keraguan
- Keragu-raguan pada berkemih awal
- Nokturia, disuria, hematuri
- Isis berulang, riwayat batu (stasis urinaria)
- Konstipasi
- Massa padat dibawah abdomen bawah
- Nyeri tekan kandung kemih
- Hernia Inguinalis, Hemoroid
- Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih :dorongan dan frekuensi
c. Makanan/cairan :  Anoreksia, mual, muntah, penurunan BB
d. Nyeri/kenyamanan :  Nyeri supraa pubis, panggul atau punggung, tajam, kuat, nyeri punggung bawah.
e. Keamanan  : demam
f. Seksualitas :  
-  Masalah tentang efek kondisi/terapi pada kemampuan      seksual
- Inkontinensia
- Penurunan kekuatan ejakulasi
- Pembesaran, nyeri tekan prostat
g. Pengetahuan  : 
 - Riwayat keluarga kanker, hipertensi, penyakit ginjal
- Penggunaan antihipertensi, antideprresi, antibiotik urinaria
II. Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisis  : warna kuning, coklat gelap, merah gelap/terang, penampilan keruh, pH : 7 atau lebih besar, bakteria.
b. Adanya staphylokokus aureus. Proteus, klebsiella, pseudomonas, e. coli.
c. BUN/kreatin  : meningkat
d. IVP  :  menunjukkan pelambatan pengosongan kandung kemih dan adanya pembesaran prostat, penebalan abnormal otot kandung kemih.
e. Sistogram :  mengukur tekanan darah dan volume dalam kandung kemih
f. Sistometri : mengevaluasi fungsi otot detrusor dan tonusnya.
III. Prioritas Keperawatan
1. Menghilangkan retensi urine akut
2. Meningkatkan kenyamanan
3. Mencegah komplikasi
4. Membantu klien untuk menerima masalah psikologis
5. Memberikan informasi tentang penyakit/ prognosiss dan kebutuhan pengobatan.
IV. Hasil yang diharapkan  :
1. Pola berkemih normal
2. Nyeri/ketidaknyamanan hilang
3. Komplikasi tercegah/minimal
4. Menerima situasi secara nyata
5. Proses penyakit/prognosis dan program terapi dipahami oleh klien.
V. Diagnosa Keperawatan
a. Retensi urine (akut/kronik) b/d obstruksi mekanik pembesaran prostat
Tanda :  frekuensi, keragu-raguan, ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih, inkontinensia, distensi kandung kemih, residu, urine.
Hasil yang diharapkan :
-  berkemih dengan jumlah yang cukup, tak teraba distensi kandung kemih, menunjukkan residu paaska berkemih kurang dari 50 ml, dengan tidak adanya tetesan/kelebihan aliran.
Intervensi :
-  Dorong klien untuk berkemih setiap 2-4 jam dan bila tioba-tiba dirasakan.
-   Tanyakan pada klien tentang inkontinensia stres
-   Observasi aliran urine, perhatikan ukuran dan kekuatan
-   Awasi dan catat waktu dan jumlah setiap berkemih
-   Perkusi area supra pubik
-   Dorong masukkan cairan sampai 3000 ml / hari
-   Awasi tanda-tanda vital
-   Berikan perawaatan kateter dan perineal.
b. Nyeri (akut) b/d iritasi mukosa, distensi kandung kemih
Ditandai : 
- keluhan nyeri pada kandung kemih, penyempitan fokus ; perubahan tonus otot, meringis, perilaku distraaksi, gelisah, respon otonomik.
Hasil yang diharapkan :
-  Melaporkan nyeri hilang/timbul
-  Tampak rileks
-  Mampu untuk tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi :
Mandiri : 
- kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas.
-  Perhatikan tirah baring bila diindikasikan.
-  Berikan tindakan kenyamanan misal pijatan punggung.
Kolaborasi :
- Masukkan katetter dan dekatkan untuk kelancaran drainase.
-  Lakukan massage prostat
-  Berikan obat sesuai indikasi
c. Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap paasca obstruksi diuresis dari drainase cepat kandung kemih yang terlalu distensi secara kronis.
Kriteria/hasil yang diharapkan :
- Mempertahankan hidrasi adekuat
- Tanda vital stabil
          Intervensi :
Mandiri : 
- Awasi keluaran dengan hati-hati, tiap jam bila diindikasikan 
- Dorong peningkatan pemasukkan oral berdasarkan kebutuhan individu.
- Awasi tekanan darah, nadi
- Tingkatkan tirah baring dengan kepala tinggi 
Kolaborasi : berikan cairan IV sesuai kebutuhan
d. Ketakutan/kecemasan  dihubungkan dengan perubahan staatus kesehatan kemungkinan prosedur bedah/malignasi
Ditandai : peningkatan ketegangan, ketakutan, kekuatiran.
Hasil yang diharapkan  :
- Tampak rileks 
-  Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi
- Menunjukkan rentang yang tepat tentang  perasaan/penurunan rasa takut
Intervensi : 
-  Buat hubungan saling percaya dengan klien/orang terdekat
-  Berikan info tentang prosedur dan tes khusus dan apa yang akan terjadi
-  Pertahankan perilaku nyata dalam melakukan prosedur
- Dorong klien/oran terdekat unruk menyatakan masalah/perasaan 
-  Berikan penguatan info kepada klien tentang info yang telah diberikan sebelumnya.
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, kebutuhan pengobatan b/d kurangnya informasi d/d pertanyaan minta informasi, menyatakan masalah/indikator non verbal, tidak akurat mengikuti instruksi, terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
Hasil yang diharapkan : 
-   Menyatakan pemahaman proses penyakit
- Mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala penyakit
- Melakukan perubahan perilaku yang perlu
- Berpartisipasi dalam progrram terapi
Intervensi ;
Mandiri ; 
- kaji ulang proses penyakit, pengalaman klien.
- Dorong menyatakan perasaan dan rasa takut
- Beri info tentang penyakit yan terjadi pada klien.


DAFTAR PUSTAKA :
1. R. Sjamsuhidayat, Wim de Jong (1996), Buku Ajar Ilmu Bedah, Penerbit Kedokteran, EGC, Jakarta.
2. Seri Ilmu Bedah, Staf Pengajar, UNPAD, Materi Kuliah Bedah, Edisi I, 1999.
3. Doenges, ME and Moor House, Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ke 3, Penerbir Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Photobucket