Selasa, 27 Desember 2011

LAPORAN PENDAHULUAN MORBILI

LAPORAN PENDAHULUAN MORBILI

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh tiga stadium yaitu; stadium kataran, stadium erupsi dan stadium konvalensi.
Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat didalam sekret nasofaring dan darah selama massa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak- bercak. Cara penularannya dengan dorplet dan kontak. Biasanya penyakit ini timbul pada massa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup.
Adapun alasan pemilihan morbili ini dikarenakan tingginya angka penderita penyakit ini. Disamping itu morbili merupakan penyakit yang mudah sekali menular dan menyebabkan kematian jika mengenai anak dengan keadaan gizi buruk, sehingga mudah sekali mendapat komplikasi terutama bronkopneumonia.


B. INSIDENSI
Biasanya penyakit ini timbul pada massa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif melalui plasenta sampai umur 4 – 6 bulan, dan setelah umur tersebut kekebalan akan berkurang, sehingga bayi dapat menderita morbili. Bila seorang wanita hamil menderita morbili ketika usia kehamilan 2 bulan, maka 50 % kemungkinan akan mengalami keguguran; bila ia menderita morbili ketika usia kehamilan pada trimester pertama, kedua/ ketiga maka kemungkinan bayinyang lahir akan menderita cacat atau keleinan bawaan, atau berat badan lahir rendah, lahir mati dan bayi kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum.
Setelah menyelesaikan tugas pembuatan asuhan keperawatan  pada pasien dengan morbili, diharapkan penulis mampu memahami dasar dan identifikasi morbili.

2. Tujuan khusus
Setelah menyelesaikan tugas asuhan keperawatan pada pasien dengan morbili, penulis mampu :
a. Mengetahui definisi morbili
b. Mengetahui etiologi dari morbili.
c. Mengetahui manifestasi klinis dari morbili.
d. Mengetahui dasar pengkajian dari orbili.]
e. Mengetahui komplikasi yang dapat timbul akibat morbili.
f. Mengetahui cara penanganan anak dengan morbili.

D. SISTEMATIKA PENULISAN.
Penulisan laporan ini terbagi dalam lima bab dengan urutan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Yang meliputi latar belakang masalah, insidensi, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORI
Meliputi konsep dasar, etiologi, manifestasi klinis, perumusan diagnosa, dilengkapi dengan pathways.
BAB III : TINJAUAN KASUS
Yang terdiri dari pengkajian , perumusan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
BAB IV : PEMBAHASAN
Yang berisi tentang analisa masalah, masalah yang ditemukan antara teori dengan kasus yang ada serta argumentasi ilmiah sebagai pemecahnya.
BAB V : PENUTUP
Meliputi kesimpulan dan saran terhadap masalah dan pemecahan masalah pada pasien dengan morbili.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Morbili adalah penyakit virus akut, menular, yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataran, stadium erupsi dan stadium konvalensi. (Perawatan anak sakit, 351).

B. ETIOLOGI
Virus morbili berasal dari sekret saluran pernafasan, darah urin dari orang yang tereinfeksi. Penyebaran infeksi melalui kontak langsung dengan dorplet dari orang yang  terinfeksi selama 10 – 20 hari, dimana periode yang sangat menular, ialah dari hari pertama hingga hari ke-4 setelah timbulnya rash (pada umunya pada stadium kataran).

C. PATOFISIOLOGI
Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous di proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus disekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring bronkus dan konjungtiva.

D. MANIFESTASI KLINIS
Penyakit ini terbagi dalam 3 stadium, yaitu :
1. Stadium prodormal (katarallis).
Biasanya stadium ini berlangsung 4 – 5 hari disertai panas tubuh, malaise (lemah), batuk, fotopobia, konjungtivitis, koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam timbul eritema (ruam pada selaput lendir), timbul bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi eritema. Kadang – kadang terdapat makula halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influensa dan sering didiagnosis sebagai influensa. Diagnosis perkiraan dapat dibuat bila ada bercak klopik dan pasien pernah kontak dengan pasien morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.

2. Stadium erupsi.
Koriza dan batuk- batuk bertambah, timbul eritema atau titik merah dipalatum durum dan palatum mole. Kadang- kadang terlihat pula bercak koplik. Biasanya disertai juga meningkatnya suhu tubuh. Diantara makula terdapat kulit yang normal. Mula- mula makula timbul di belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk sepanjang rambut dan bagian belakang pipi.
Dalam dua hari bercak- bercak menjalar kemuka, lenga atas, bagian dada, punggung, perut dan tungkai bawah. Kadang- kadang terdapat perdaraha ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak, ruam mencapai anggota bawah umumnya pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat juga sedikit splenomegali serta sering pula disertai diare dan muntah.
Variasi morbili yang biasa ini adalah : black measles yaitu ; morbili yang disertai perdarahan pada kulit, milut hidung dan traktus digestivus.

3. Stadium konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (Hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan menghilang sendiri. Selain itu ditemukan pula kulit bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Suhu menurun sampai menjadi normal, kecuali jika ada komplikasi. Selanjutnya diikuti gejala anoreksia, malaise, limfadenopati. (Ngastiyah, Perawatan anak sakit, 351).

E. KOMPLIKASI
Pada penyakit morbili terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat terjadi uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif. Sehingga memudahkan terjadinya komplikasi sekunder seperti otitis media akut, ensepalitis, bronkopneumonia. 
Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bagi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein (KKP), penyakit menahun, leukemia dll. Oleh karena itu pada keadaan tertentu perlu diadakan pencegahan. Komplikasi nerologis pada morbili dapat berupa hemiplegia, paraplegia, afasia, gangguan mental, encepalitis.

F. DASAR PENGKAJIAN
Pengkajian dasar pada pasien dengan morbili bagaimana riwayat kperawatan yaitu mulai dari sejak lahir sampai sekarang, riwayat imunisasi yaitu sesuai dengan atau teratur tidak sesuai dengan jadwal imunisasi denga umur/ perkembangan umur, pernah tidak kontak langsung dengan orang yang terinfeksi khususnya morbili. Selain itu dapat dikaji tanda – tanda demam atau suhu tubuhnya, koriza, batuk lama tau tidak, konjungtivitis, bercak koplik ada atau tidak, pakah ada eritema pada bagian belakang telinga dan leher, bagaimana kebutuhan nutrisinya sesuai dengan TKTP, bagaimana nafsu makannya, selain itu yang perlu diperhatikan keadaan dari anak itu sendiri kondisinya lemah, lesu atau nampak pucat.

G. PENANGANAN
Pada anak berumur 15 bulan sangat dianjurkan untuk memberikan imunisasi akjtif yaitu dengan pemberian vaksin morbili live attenuated. Karena dipastikan anak sebelum umur 15 bulan belum dapat membentuk antibody secara baik karena masih ada antibody dari ibu. Bila terdapat alergi sebaiknya vaksin ditunda sampai dua minggu sesudah sembuh. Vaksin morbili tidak boleh diberikan pada anak dengan infeksi saluran  pernafasan yang akut atau infeksi lainnya yang disertai demam, anak dengan defisiensi imunologik dan anak dengan obat imunosupresif.

H. KONSEP KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul sertam intervensinya adalah sebagai berikut :
1. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan organisme virulen.
Tujuan : perluasan infeksi tidak terjadi.
Intervensi :
- tempatkan anak pada ruang khusus.
- Pertahankan isolasi yang ketat dirumah sakit.
- Gunakan prosedur perlindungan infeksi jika melakukan kontak dengan anak.
- Mempertahankan istirahat selama periode prodormal (kataral).
- Berikan antibiotik sesuai dengan indikasi.

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash.
Tujuan : anak dapat mempertahankan integritas kulit.
Intervensi :
- pertahankan kuku anak tetap pendek.
- Jelaskan pada anak untuk tidak menggaruk rash.
- Mandikan pasien dengan menggunakan sabun dengan lembut untuk mencegah infeksi.
- Berikan obat antipruritus topikal dan anestesi topikal.
- Beirikan antihistamin sesuai order.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan iuntake yang tidak adekuat.
Tujuan : anak menunjukan tanda- tanda terpenuhinya kebutuhan nutrisi.
Intervensi :
- Kaji ketidakmampuan anak untuk makan.
- Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutirisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi.
- Anjurkan pada orang tua untuk memberikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering.
- Pertahankan kebersihan mulut anak.
- Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral jika kebutuhan nutrisi melalui oral tidak mencukupi kebutuhan gizi anak.
- Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuha penyakit.

4. Gangguan aktivitas berhubungan dengan isolasi dari kelompok sebaya.
Tujuan : anak dapat melakukan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas perkembangan selama menjalani isolasi dari teman sebaya atau anggota keluarga.    
Intervensi :
- Berikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak.
- Libatkan anak dalam mengatur jadwal harian dan memiliki aktivitas yang diinginkan.
- Ijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah sakit.
- Anjurkan anak untuk berhubungan dengan teman jika mungkin.

BAB III
TINJAUAN KASUS

A.PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 06 Oktober 2004 pukul 15.00 WIB dan 07 Oktober 2004 pukul 09.00 WIB diruang anak IRNA C1 lantai I RSUP Dr. Kariadi Semarang secara alloanamnesa atau dengan keluarga pasien.
Identitas anak A, usia 5 tshun, jenis kelamin perempuan, bersagama Islam, masuk rumah sakit tanggal 05 Oktober 2004 pukul 18.10 WIB, diantar orang tua dengan nomor register 732453 dengan diagnosa medis observasi kejang penurunan kesadaran dan morbili pada stadium prodormal.
Identitas penanggung jawab Ny. A berusia 40 tahun yaitu ibu pasien. Ny. A bekerja sebagai pegawai negeri dan Tn. S yang berusia 48 tahun yaitu ayah pasien. Tn. S bekerja sebagai pegawai negeri, Ny. A dan Tn. S akan bertanggung jawab pada pasien A selama dirawat di rumah sakit dan mereka bertempat tinggal di Pecangaan kulon RT 03 RW 02 Pecangaan – Jepara.

RIWAYAT KEPERAWATAN
Alasan atau keluhan pasien dibawa kerumah sakit adalah panas tinggi dan timbul bercak- bercak merah dikulit. Lima hari yang lalu anak A panas tinggi dan naik turun, batuk, kemudian orang tua membawanya ke dokter terde4kat dan diberi obat turun panas dan anti biotik kemudian panas turun tetapi naik lagi. Dua hari kemudian anak A dibawa kerumah sakit bersalin Kumala Siwi Pecangaan, dengan timbul bercak- bercak pada kulit. 
Dirumah sakit bersalin Kumala Siwi Pecangaan, anak A kejang 1 x 5 menit. Setelah kejang anak A sadar , selama kejang anak A tidak sadar kemudian pasien dirujuk ke RSUP Dr. Kariadi Semarang pada tanggal 05 Oktober 2004. Sampai di UGD pasien mendapatkan infus D 5 % 390 cc + NaCl + KCL dan terpasang oksigen masker.
Selama menjalani perawatan di IRNA anak C1 lantai I, pasien A telah menjalani therapi infus D5 %, injeksi taxegram 3 x 800 mg (iv), injeksi cloramfenikol 3 x 400 mg (iv), injeksi kalmetason 3 x 1 amp (iv), injeksi nicholin 2 x 90 mg (iv), izepham 6 mg (iv) bila pasien kejang, injeksi streptomicin 400 mg (im).
Selain program ijeksi, pasien A juga mendapat obat perparenteral karena pasien A terpasang sonde / NGT. Paracetamol sebagai penurun panas, luminol, ambrozol, vitamin A 1 x 200, alloris 1 x ½ tablet. Untuk menghilangkan sekret dilakukan suction.
Menurut ibu A yaitu ibu pasien A, keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti ini yaitu morbili. Menurut ibu pasien, anak A juga dalam riwayat kelahiran normal  yaitu lahir 9 bulan, dirumah sakit dengan berat badan 2800gram, tinggi badan 50 cm. Pasien merupakan anak yang ke– 5. Anak A mendapat ASI, imunisasi dasar sesuai dengan tahap perkembangan usia. Selama dirawata dirumah sakit, anak A mendapatkan diit 3 x 200 cc susu.
PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL DAN PEMERIKSAAN FISIK
Pasien datang diantar orang tuanya dengan keluhan panas tinggi (suhu 390 C) dan terdapat bercak- bercak (koplik) ditubuhnya.
Selama sakit dan dirawat dirumah sakit, anak A berat badannya agak menurun yaitu dari sekitar 17 kg menjadi 15 kg. Anak A porsi makannya berkurang karena parenteral atau melalui selang NGT dengan porsi cir yaitu 3 x 200 cc susu.
Pasien dalam BAB dan BAK, BAB konsisitensinya lembek, sehari sekitar 3- 4 kali dan BAK 5- 6 kali kali dalam sehari.
Selama menjalani perawatan, kondisi pasien sampai pengkajian belum sadar, jadi pola gerak pasien tidak ada. Pasien masih terpasang infus, oksigen masker dan ET.
Pasien anak A sebelum dirawat dirumah sakit pola istirahat tidurnya teratur sehari sekitar 8 – 9 jam termasuk pada siang hari. selama dirawat dirumah sakit, pasien dalam keadaan belum sadar, pasien dalam keadaan berbaring ditempat tidur selama 24 jam.
Pasien anak A dalam kebutuhan berpakaian, keluarga selalu mengganti bajunya 2 x kali sehari pagi dan sore, pakaiannya sesuai dan tidak mengahambat jalanya perawatan.
Pada saat anak A demam tinggi, ibu dan perawat memberikan kompres dan memberikan obat sesuai dengan advis dokter. Tidak lupa pula perawat menganjurkan keluarga untuk mengenakan pakaian yang sesuai dengan keadaan pasien.
Untuk kebutuhan personal hygiene, pasien A menggantungkan pada ibu/ keluarganya. Untuk oral hygiene tidak pernah selama masa perawatan karena terpasang ET, hanya diusap bagian tertentu saja, begitu juga dalam mandi, keluarga hanya memberikan siben dan handuk saja.
Untuk kebutuhan rasa aman dan nyaman, anak A selalu dijaga keluarga atau kedua orang tuanya dan selalu mendapatkan perawatan dari para dokter ataupun perawat ruangan.
Sampai saat pengkajian, pasien A belum dapat berkomunikasi karena keadaannya yang sedemikian rupa. Jadi selama pengkajian hanya dengan keluarga pasien.
Selama masih sehat, pasien A selalu diajari ibu dan bapak serta keluarganya tentang bahasa- bahasa yang baik, do’a- do’a, sholat dan lain- lain. Orang tua juga mengajari untuk mandiri apalagi anak A sudah sekolah TK O kecil.
Pasien anak A sangat suka bermain dan beraktivitas dengan teman- teman sebayanya. Namun selama dirawat di rumah sakit pasien anak A tidak dapat bermain dan beraktivitas sebagaimana biasanya.
Keadaan sakit anak A membeuat kehilangan menikamati variasi udara/ rekreasi kemana – mana. Untuk sementara harus berbaring menjalani pengobatan dirumah sakit. Selama masa perawatan, perawat, dokter dan keluarga selalu membantu dan mendorong untuk kesembuhannya anak A dan selalu meningkatkan program terapi yang diberikan.
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 07 Oktober 2004, didapatkan : mata ; anemis (−), ikterik (−), pupil isokor ะค 3 mm, hidung ; nafas cuping hidung (−), mulut ; sianosis (−), leher ; kaku kuduk (−), dada ; simetris, gallop (−), ronchi −/+, terdapat bercak- bercak koplik merah disekitar dada, abdoment ; datar, lemas dan sedikit ada bercak- bercak koplik merah. Ektrimitas ; atas dan bawah normal, namun untuk sementara belum dapat digerakkan karena pasien masih mengalami penurunan kesadaran.
Dan untuk hasil pemeriksaan laboratoriumnya pada tanggal 05 Oktober 2004 adalah sebagai berikut : (WBC : 4,5), (RBC : 4,26), (HGB : 12,0), (HCT : 37,4), (MCH : 282), (MCV : 87,2), (PCT : 80), (Ly % : 23,1), (Ly : 1,1), (MCHC : 32,0), untuk hasil BGA : (PH : 7,390), (PCO2 : 26,9), (PO2 : 23 %), (measured at 37 0C). PH : 7,346 mmol/L, PCO2 : 30,6 mmol/ L, PO2 : 24,9 mmol/L, HCO3 : 16, 4 mmol/L, TCO2 : 17,2 mmol/L, BED : -6,6 mmol/L, SBC : 19,8 SO2 : 99, 8 mmol/L.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN, TUJUAN, KRITERIA HASIL DAN INTERVENSI.
Dengan dilakukannya pengkajian tanggal 06 Oktober 2004 dan 07 Oktober 2004, penulis merumuskan diagnosa keperawatan, tujuan, kriteria hasil dan intervensi adalah sebagai berikut :
1. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan organisme virulen.
Tujuan : perluasan infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam dengan kriteria hasil :
- Tidak timbul tanda- tanda infeksi diantaranya tumor, rubor, kalor, dolor dan fungsiolaesa.
- Perluasan infeksi tidak terjadi.
Intervensi :
- Tempatkan anak pada ruang khusus.
- Pertahankan istirahat selama periode prodormal (kataral).
- Gunakan prosedur perlindungan infeksi jika melakukan kontak dengan anak.
- Berikan antibiotik sesuai dengan indikasi.

2. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret.
Tujuan : anak menunjukan tanda- tanda pola nafas efektif, setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan kriteria hasil : 
- Tidak ada dyspneu dan takhipneu.
- Anak kembali normal dalam bernafas antara 20 – 30 x / menit.
Intervensi :
- Kaji ulang tanda – tanda vital (nadi, suhu, irama dan frekuensi).
- Berikan oksigen sesuai dengan anjuran.
- Lakukan suction.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash.
Tujuan : anak dapat mempertahankan integritas kulit, setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan kriteria hasil : 
- Kulit kembvali bersih tidak ada bercak koplik.
- Koplik tidak lagi menyebar pada daerah tubuh yang lain.
Intervensi :
- Pertahankan supaya anak untuk tidak menggaruk rash.
- Mandikan pasien dengan menggunakan sabun dengan lembut untuk mencegah infeksi.
- Berikan obat sesuai advis dokter.

C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Untuk mengatasi masalah yang muncul, maka implementasi yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil adalah sebagai berikut :
Masalah I
Pada tanggal 06 Oktober 2004 dilakukan tindakan keperawatan yaitu : mengkaji keadaan umum pasien, mengkaji riwayat kesehatan pasien, memonitor tanda- tanda vital, menempatkan anak pada ruang yang khusus, mempertahankan istirahat pada pasien, memberikan antibiotik sesuai advis dokter, menggunakan prosedur- prosedur perlindungan infeksi jika melakukan tindakan keperawatan. Respon pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan belum menunjukan kemajuan karena pasien masih belum belum sadar penuh. Dari catatan perkembangan diperoleh data bahwa masalah belum teratasi, jadi planning/ rencananya adalah melanjutkan intervensi.

Masalah II
Pada tanggal 06 Oktober 2004 dilakukan tindakan keperawatan yaitu : mengkaji keadaan umum pasien, didapatkan pasien pola nafasnya kurang efektif dan terdengar suara akumulasi sekret. Kemudian penulis mengkaji tanda- tanda vital. Memberikan oksigen sesuai anjuran, membantu menghisap jalan nafas/ suction. Respon pasien setelah dilakukan tindakan keperawtan, pasien menunjukan pola nafasnya lebih efektif,m terbukti suara akumulasi sekret tidak terdengar dan isapan suction sudah bersih. Dari catatan perkembangan diperoleh bahwa masalah teratasi sebagian dan lanjutkan intervensinya.

Masalah III
Pada tanggal 07 Oktober 2004, melakukan tindakan keperawatan yaitu : mengkaji keadaan umum dan didapatkan kulit pasien khususnya dada dan lengan atas terdapat bercak – bercak koplik. Maka tindakan yang dilakukan : mempertahankan supaya anak tidak menggaruk rash/ koplik, memandikan/ siben klien, memberikan obat sesuai advis dokter dan bedak salycil untuk dioleskan. Respon pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien menunjukan kemajuan dan bercak- bercak koplik mulai berkurang dan menghilang. Maka planning selanjutnya adalah lanjutkan intervensi.


BAB IV
PEMBAHASAN

Penyakit morbili pada waktu yang lampau dianggap sebagai penyakit anak yang biasa saja, bahkan dikatakan lebih baik anak mendapatkannya ketika masih anak- anak dari pada sudah dewasa. Tetapi sekarang termasuk penyakit yang harus dicegah karena tidak jarang menimbulkan kematian yang disebabkan komplikasinya.
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh tiga stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, stadium konvalensi. Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapart dalam sekret nasofaring dan darah selama massa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak- bercak. Cara penularan dengan droplet dan kontak langsung.
Pronosis baik pada anak yang dengan keadaan imun yang baik, tetapi prognosis buruk bila keadaan umumnya buruk atau anak yang sedang menderita kronik atau komplikasi. Komplikasi pada penyakit morbili yaitu otitis media, peneumonia, bronkitis, ensepalitis dan laringitis.
Penyakit morbili sendiri dapat dicegah dengan cara imunisasi aktif. Sangat dianjurkan pemberian vaksin morbili pada anak usia 15 bulan, karena pada saat itu di perkirakan anak belum dapat membentuk antibody secara baik, disebabkan masih ada antibody dari ibu.
Vaksin morbili tidak boleh di berikan kepada anak dengan infeksi saluran pernafasan yang akut atau infeksi lainnya yang disertai demam, anak dengan defisiensi imunologik, anak yang sedang diberikan pengobatan intensif dengan imunosupresif 



          


PENUTUP


A. KESIMPULAN
Setelah penulis selesai melaksanakan asuhan keperawatan pada anak A dengan morbili, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Morbili adalah penyakit virus akut, yang ditandai oleh tiga stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium konvalensi.
2. Prinsip pelaksanaan morbili adalah agar proses penularan infeksi tidak terjadi, diantaranya adalah dengan mengisolasi pasien, menggunakan perlindungan infeksi jika melakukan kontak dengan anak, memberikan antibiotik sesuai advis.
3. Dalam proses penyembuhan, peran keluarga sangat penting, orang tua dapat menjembatani komunikasi anatara perawat dengan anak tersebut.

B SARAN
1. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, penulis bekerjasama dengan tim medis lain dan orang tua pasien.
2. Peran keluaraga adalah mutlak diperlukan dalam proses penyembuhan pasien.







DAFTAR PUSTAKA


Kartasasmita, Cissy. B. (1998). Bagian Ilmu Keperawatan anak. Bandung : FKUP/ RSHS.

Ngastiah. (1995). Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC

Ricard E Behrman, MD Victor C Voughan MD. (1992). Ilmu Kesehatan Anak 
bagian II (alih bahasa). Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Photobucket